Memasuki saat menjelang akhir pertemuan pada pelatihan
menulis, kita jumpa lagi bersama moderator Sang Blogger Milenial Ibu Maesaroh.
Sebelum mempersilakan narasumber untuk hadir ibu Maesaroh mengirimkan quotes
untuk kita.
Selama
ini ada kesan bahwa menulis itu sulit. Sebelum menulis kita sudah stress apalagi
menulisnya. Jadi cara berpikir kita bahwa menulis itu sulit itulah salah satu faktor
yang membuat kita itu kesulitan untuk menulis. Materi tentang MENULIS ITU MUDAH
kedengarannya begitu menggiurkan. Apa
betul menulis itu mudah? Bukankah selama ini menulis itu sulit? Yok kita
kunjungi dulu dua blog utama beliau.
https://www.spirit-literasi.id/2021/09/pangeran-diponegoro-proses-kreatif.html.
Di dalamnya ada 434 artikel
Setelah
membagikan link blog yang pertama secara tiba-tiba moderator Ms.Phia
menggantikan ibu Maesaroh. Dan membagikan blog yang satunya lagi yang berisi
476 artikel.https://ngainun-naim.blogspot.com/2021/07/adab.html
Selain
dua blog utama ini masih banyak lagi tulisan beliau di blog lain, di koran,
portal, dan lainnya. Adanya dua blog dan tulisan yang tersebar di berbagai
media merupakan salah satu dorongan yang bisa disampaikan oleh bapak Ngainum
Naim bahwa menulis itu mudah bukan sesuatu yang sulit. Jangan mengawali sesuatu
dengan mengatakan sulit maka akan sulit betul. Kita bangun mind set kita bahwa
menulis itu mudah. Beriukut ini adalah
buku beliau yang terbit awal tahun ini
(2021).
Menurut bapak Ngainum Naim KUNCI MENULIS MUDAH yang nomor 1 adalah;
MINDSET bahwa menulis itu mudah. Mari melakukan penegasan, mari melakukan afirmasi ke dalam diri kita
masing-masing. Bilang pada diri kita
baik dengan lisan atau tulisan. Nyatakan
bahwa menulis itu mudah, menulis itu mudah. Contohnya: kumpulan dari yang ditulis atau dinayatakan dari ruang grup ini jika dikumpulkan maka akan
menjadi tulisan.
Kedua adalah TEKAD YANG KUAT. Jadi orang menulis itu harus bersemangat. Jangan
mudah menyerah. Belum menulis sudah bilang sulit. Jadi ya harus bertekad kuat.
Ada hambatan dihadapi, diatasi. Sama dengan kita mengajar. Dulu, sebelum kita
menjadi guru, bayangan kita tidak karuan. Kuatir nanti muridnya nakal. Kuatir ngajarnya
tidak bener, dan setumpuk kekuatiran yang lain. Ini wajar semua orang mengalaminya,
tetapi bayangan itu tidak sesuai dengan
kenyataan. Buktinya kita sudah mengajar berpuluh-puluh tahun dan
sudah lupa dengan persoalan yang dibayangkan. Menulis itu bisa seperti itu. Orang
yang jarang menulis itu bayangannya tidak karu-karuan tapi kalau sudah biasa menulis bayangan itu
hilang dengan sendirinya , yang tersisa adalah tekad.
Sejauh ini beliau sudah menulis sekitar 40 buku mandiri, 90 antologi, 30
kata pengantar, 50 artikel jurnal, dan ribuan esai. Apakah mudah menulisnya? Ingat
kunci pertama: bangun mindset kalau menulis itu mudah. Jika sulit saat menulis?
Ingat kunci kedua: miliki tekad yang kuat. Kesulitan menulis itu akan teratasi dengan
sendirinya.
Kunci ketiga adalah menulis yang diketahui. Jangan menulis sesuatu yang
tidak kita ketahui. Caranya menulis hal-hal yang kita ketahui sehari-hari jangan
membayangkan mau menulis itu ingin
sesuatu yang langsung bagus, sesuatu yang ideal nanti tdak akan jadi tulisannya. Kebanyakan
orang yang baru belajar menulis gagal
menghasilkan tulisan karena baru mulai menulis sudah memasang target yang tinggi. Jadi menulislah hal-hal yang diketahui.
Tulis saja kegiatan harian kita,
ceritakan saja. Itu sudah cukup bagus jika kita melakukannya rutin, konsisten setiap hari itu akan memudahkan di dalam menjalani proses menghasilkan karya
tulis.
Kunci menulis mudah yang keempat adalah: banyak membaca. Seperti syarat
wajib. Ibarat mata uang. Membaca itu satu sisi. Dan menulis itu sisi yang lain.
Bapak Ngainum mewajibkan diri setiap hari membaca 10 halaman buku
cetak. Kadang juga baca buku elektronik tapi jarang. Orientasi membaca beliau adalah untuk paham
bukan untuk hatam. Ada kosa kata baru ditandai dan dicari maknanya. Ada kalimat
menarik distabilo. Karena ini menjadi modal untuk tulisan yang akan dihasilkan.
Orang yang rajin membaca tetapi tidak menulis itu ibarat pohon tumbuh
subur tapi tidak berbuah. Orang yang rajin menulis tapi tidak membaca tidak
akan bertahan lama karena tidak ada yang bisa ditulis. Membaca itu seperti
menabung yang akan dikeluarkan secara otomatis saat menulis
Kunci kelima adalah JAM TERBANG. Contohnya sopir bus. Sopir bus yang
sering dijuluki raja jalanan berani
ngebut karena sudah mengendarai bus itu ribuan kilometer. Sopir sudah hafal dengan
setiap lekuk jalanan yang dilalui. Begitu
juga dengan penulis. Jadi kalau kita ingin mudah dalam proses menghasilkan karya
harus praktek menulis sebanyak-banyaknya. Semakin sering menulis, semakin mudah.
Kalau masih sulit menulis, itu berarti jam terbangnya perlu ditingkatkan. Caranya,
Ya dengan praktik menulis. Grup menulis itu penting. Ada banyak teori dan pengetahuan
yang bisa diperoleh dengan ikut dalam grup menulis. Namun ikut grup bukan
jaminan bisa menulis kalau kita tidak praktik menulis. Jadi mari praktik
menulis. Prof. Dr. Kuntowijoyo pernah ditanya tentang cara menulis. Beliau menjawab dengan 6 M:
Membaca, menulis, menulis, membaca, menulis, dan menulis.
Selain kunci-kunci di atas adalah yang penting yaitu bersyukur karena mendapat anugerah dari Allah untuk
menulis karena tidak semua orang mau dan mampu untuk menulis. Ada yang mau tapi
tidak mampu ada yang mampu tapi tidak
mau sehingga tidak bisa menghasilkan tulisan. Bagaimana caranya bersyukur? Dengan
MENULIS. Jadi menulis itu merupakan wujud aktualisasi dari rasa syukur kita
kepada Allah
KUnci keenam adalah sabar menjalani proses menulis. Bapak Ngainum
mengutip mutiara ketika dari pesantren
dulu: Seribu langkah itu dimulai dari langkah pertama. Jadi menulis itu
sepanjang kita jalani dengan sabar maka akan berhasi. Satu demi satu langkah
kita jalani dengan sabar, insyaallah mudah. Yang sulit dalam menulis adalah
tekad dalam menulis.
Trik yang dilakukan oleh bapak Ngainum ketika menulis itu lepaskan diri dari
referensi dulu. Jangan lihat buku. Nulis saja secara bebas. Tulisan ilmiah
sekalipun. Ketika beliau membuat artikel
jurnal, termasuk artikel jurnal internasional, itu ya nulis saja secara bebas
dulu. Setelah selesai baru diedit dan masukkan referensi. Cara semacam ini
terbukti ampuh meminimalkan plagiasi.
Agar lancar menulis harus praktik dan terus praktik. Menulis itu dunia
praktik. Semakin sering praktik akan semakin mudah dan lancar. Jika masih saja
sulit, coba evaluasi sudah berapa halaman yang sudah dihasilkan. Jika sudah banyak, Insyaallah akan
lancar dengan sendirinya .
Mari menulis. Ini ladang ibadah yang jarang dipilih.
Mari niatkan sebagai ibadah. Insyaallah berkah.
Resume ke :
26
Gelombang :
19
Tema :
Menulis Itu Mudah
Narasumber :
Dr. Ngainum Naim
Moderator :
Maesaroh
Penulis :
Islamiyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar