BERSUA GARDA TERDEPAN
Pagi ini hari
rabo tanggal 3 juli 2021. Selepas sholat subuh aku segera menyiapkan sarapan
untuk kedua anakku karena asisten rumah tangga sedang pulkam. Dengan tergesa –
gesa aku menyiapkan diri karena pukul 07.30 aku bermaksud mengantar anak bungsuku Naufal yang akan ikut
kakaknya ke puskesmas untuk vaksin
sinovac. Aku menyuruh anakku sarapan dulu.
“ Mbak Nila, adik ayo sarapan dulu sebelum
berangkat”. Anakku bergegas ambil piring ke dapur.
Nila berkata “
Ibu ndak usah aja ikut anter, kan Naufal sudah besar kok masih dianter juga
biarin aja dia mandiri”. Dengan berat
hati akupun ndak jadi mengantar.
Karena
tidak jadi mengantar Naufal, Pukul 08.00 aku mulai mengikuti zoom meeting
pelatihan google workpace for education yang diadakan oleh LPMP propinsi Nusa
Tenggara Barat. Setelah sekitar tiga puluh menit zoom, suamiku memanggil.
“ Ma, ayok dong sekarang jemput Naufal”.
“Entaran dah mas palingan juga
belum selesai, kan setelah vaksin harus observasi dulu atau mas pergi aja
sendiri”. Jawabku. Tapi suamiku tetap memintaku untuk ikut.
Tiba – tiba
gawaiku berbunyi. Naufal telpon “ibu dimana?
Akupun bergegas ganti baju dan memakai sepatu.
Aku lupa kalau tungkaiku masih agak sakit jika tertutup sepatu karena tertusuk
duri.
Gawaiku berbunyi
lagi “ Ibu cepetan dong sudah ramai ini panas sekali”.
“ Iya tunggu “ Aku menjawabnya
sambil mencari sandal yang bisa nyaman
di kaki. Akhirnya kutemukan dipakai tidur sama choki kucingku.
Beberapa
saat kemudian, akupun berangkat bersama suami menjemput Naufal yang sudah
selesai divaksin. Sekalian aku akan menjumpai keponakanku Rifa yang bertugas
sebagai bidan di puskesmas itu. Aku akan minta nomor telponnya dan nomor
ibunya (kakak misanku) yang hilang
bersama usangnya samsungku.
Sementara
suamiku parkir mobilnya, aku langsung masuk ke puskesmas dan melihat Naufal
sedang duduk di bangku menunggu dijemput.
“Mana mbak Nila” aku bertanya.
“Mbak Nila di lantai dua lagi
banyak yang divaksin”. Naufal menjawabku.
Kemudian aku mengajaknya keluar
puskesmas untuk menemui bapaknya. Sedangkan aku masuk lagi untuk mencari Rifa.
Aku
langsung menuju poli KIA dan bertanya pada petugas “Assalamualaikum, maaf ibu saya mau mencari”
belum selesai aku bicara. (Sebenarnya aku mau sebut mencari rifa).
Tiba
– tiba seseorang yang duduk membelakangiku persis di depan aku berdiri
memanggilku “Mbak Is” Akupun menolehnya ternyata itu suara Rifa. “Kok mbak Is
ndek kene nyaopo (Bahasa jawa kok mbak Is di sini ngapain)”.
“Aku menjemput Naufal habis
vaksin” begitu jawabku.
“Nek ngono ayok tak terno ndek
lantai loro (kalau begitu ayok tak anter ke lantai dua)”. Akupun mengikutinya.
Rupanya Rifa ndak tahu kalau Naufal sudah di mobil sama bapaknya.
Ketika menaiki tangga Rifa
bertanya “dr. Nila dimana sekarang ?” Aku
jawab “Di sini”.
Balik dia nanya “Di sini mana?”
“dia dines di puskesmas sini”
jawabku.
“Kok aku ndak tahu” kata Rifa.
“Iya kan dia baru pindah ke sini
seminggu lalu” jawabku.
“Pantes ae aku gak eruh (pantes
aja aku ndak tahu), waktu itu aku lagi off pagi karena habis jaga malam” kata Rifa.
Sampai
di lantai dua Rifa langsung menghampiri dr. Nila yang sedang mengukur tensi orang yang akan vaksin. Aku berdiri termangu. Selama ini aku belum
pernah melihat secara langsung kiprah anakku di lingkungan kesehatan. Aku hanya
mendengar ceritanya saja. Akhirnya
sekarang aku bersua juga di sana. Kutatap
lama wajah anakku. Serasa baru kemarin aku menggendongnya pergi imunisasi. Kini
di depan mata dia berjuang di lini satu. Entah perasaan apa yang menyelinap di
relung kalbu. Sekali lagi kutatap wajah anakku. Haru biru dan bahagia bersatu
padu campur aduk dengan rasa khawatir. Teriring
tulusnya doa dan harapan semoga diberi kesehatan dan kekuatan dalam
bertugas. Seketika aku dikejutkan lagi oleh suara gawaiku. Suamiku menelpon
lagi.
Ketika aku akan
turun ke lantai satu. Dokter Nila memanggilku
sambil menunjuk seseorang “Buk, itu pak Subur”. Aku menolehnya. Ternyata pak
Subur gurunya waktu di SMP sedang
mengantarkan anaknya vaksin.
Tiba
– tiba aku teringat tujuanku adalah minta nomor telpon Rifa dan ibunya. Setelah
dapat nomor telpon akupun menuju mobil. Rifa
mengikuti langkahku, dia ingin bertemu suamiku karena lama tidak pernah
bertemu.
Dalam
perjalanan pulang HP ku berbunyi. Ternyata
telpon dari mabk Winda yang sudah menungggu di depan rumahku. Aku lupa kalau aku pesan daging sapi. Sesampainya
di rumah aku melanjutkan zoom pelatihan yang sudah hampir usai padahal sekarang
pertemuan terakhir. Aku lihat anakku
Naufal langsung masuk kamarnya dan tertidur pulas sekali. Tepat pukul 11.30 aku
matikan laptop. Aku sudah ditunggu suamiku untuk pergi undangan resepsi
pernikahan anak tetangga yang rumahnya beda satu gang sebelum gang rumahku.
Pulang undangan aku lihat dr. Nila sudah pulang dan sedang makan siang. Dalam hati merasa
lega dan mengucap syukur Alhamdulillah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar