Minggu, 11 Juli 2021

BERSUA GARDA TERDEPAN

 BERSUA GARDA TERDEPAN 

Pagi ini hari rabo tanggal 3 juli 2021. Selepas sholat subuh aku segera menyiapkan sarapan untuk kedua anakku karena asisten rumah tangga sedang pulkam. Dengan tergesa – gesa aku menyiapkan diri karena pukul 07.30 aku bermaksud  mengantar anak bungsuku Naufal yang akan ikut kakaknya ke puskesmas untuk vaksin  sinovac. Aku menyuruh anakku sarapan dulu.

 “ Mbak Nila, adik ayo sarapan dulu sebelum berangkat”. Anakku bergegas ambil piring ke dapur.

Nila berkata “ Ibu ndak usah aja ikut anter, kan Naufal sudah besar kok masih dianter juga biarin aja dia  mandiri”. Dengan berat hati akupun ndak jadi mengantar.

                Karena tidak jadi mengantar Naufal, Pukul 08.00 aku mulai mengikuti zoom meeting pelatihan google workpace for education yang diadakan oleh LPMP propinsi Nusa Tenggara Barat.  Setelah sekitar  tiga puluh menit zoom,  suamiku memanggil.

“ Ma, ayok dong sekarang  jemput Naufal”.

“Entaran dah mas palingan juga belum selesai, kan setelah vaksin harus observasi dulu atau mas pergi aja sendiri”. Jawabku. Tapi suamiku tetap memintaku untuk ikut.

Tiba – tiba gawaiku berbunyi. Naufal telpon “ibu dimana?

 Akupun bergegas ganti baju dan memakai sepatu. Aku lupa kalau tungkaiku masih agak sakit jika tertutup sepatu karena tertusuk duri.

Gawaiku berbunyi lagi “ Ibu cepetan dong sudah ramai ini panas sekali”.

“ Iya tunggu “ Aku menjawabnya sambil mencari  sandal yang bisa nyaman di kaki. Akhirnya kutemukan dipakai  tidur sama choki kucingku.

                Beberapa saat kemudian, akupun berangkat bersama suami menjemput Naufal yang sudah selesai divaksin. Sekalian aku akan menjumpai keponakanku Rifa yang bertugas sebagai bidan di puskesmas itu. Aku akan minta nomor telponnya dan nomor ibunya  (kakak misanku) yang hilang bersama usangnya samsungku.

                Sementara suamiku parkir mobilnya, aku langsung masuk ke puskesmas dan melihat Naufal sedang duduk di bangku menunggu dijemput.

“Mana mbak Nila” aku bertanya.

“Mbak Nila di lantai dua lagi banyak yang divaksin”. Naufal menjawabku.

Kemudian aku mengajaknya keluar puskesmas untuk menemui bapaknya. Sedangkan aku masuk lagi untuk mencari Rifa.

                Aku langsung menuju poli KIA dan bertanya pada petugas  “Assalamualaikum, maaf ibu saya mau mencari” belum selesai aku bicara. (Sebenarnya aku mau sebut mencari rifa).

                Tiba – tiba seseorang yang duduk membelakangiku persis di depan aku berdiri memanggilku “Mbak Is” Akupun menolehnya ternyata itu suara Rifa. “Kok mbak Is ndek kene nyaopo (Bahasa jawa kok mbak Is di sini ngapain)”.

“Aku menjemput Naufal habis vaksin” begitu jawabku.

“Nek ngono ayok tak terno ndek lantai loro (kalau begitu ayok tak anter ke lantai dua)”. Akupun mengikutinya. Rupanya Rifa ndak tahu kalau Naufal sudah di mobil sama bapaknya.

Ketika menaiki tangga Rifa bertanya “dr. Nila dimana sekarang ?” Aku  jawab “Di sini”.

 Balik dia nanya “Di sini mana?”

“dia dines di puskesmas sini” jawabku.

“Kok aku ndak tahu”  kata Rifa.

“Iya kan dia baru pindah ke sini seminggu lalu” jawabku.

“Pantes ae aku gak eruh (pantes aja aku ndak tahu), waktu itu aku lagi off pagi karena habis jaga malam”  kata Rifa.

                Sampai di lantai dua Rifa langsung menghampiri dr. Nila yang sedang  mengukur  tensi orang yang akan vaksin.  Aku berdiri termangu. Selama ini aku belum pernah melihat secara langsung kiprah anakku di lingkungan kesehatan. Aku hanya mendengar ceritanya saja.  Akhirnya sekarang aku bersua  juga di sana. Kutatap lama wajah anakku. Serasa baru kemarin aku menggendongnya pergi imunisasi. Kini di depan mata dia berjuang di lini satu. Entah perasaan apa yang menyelinap di relung kalbu. Sekali lagi kutatap wajah anakku. Haru biru dan bahagia bersatu padu campur aduk dengan rasa khawatir.  Teriring  tulusnya doa dan harapan semoga diberi kesehatan dan kekuatan dalam bertugas. Seketika aku dikejutkan lagi oleh suara gawaiku. Suamiku menelpon lagi.

Ketika aku akan turun ke lantai satu. Dokter Nila  memanggilku sambil menunjuk seseorang “Buk, itu pak Subur”. Aku menolehnya. Ternyata pak Subur  gurunya waktu di SMP sedang mengantarkan anaknya vaksin.

                Tiba – tiba aku teringat tujuanku adalah minta nomor telpon Rifa dan ibunya. Setelah dapat nomor telpon akupun  menuju mobil. Rifa mengikuti langkahku, dia ingin bertemu suamiku karena lama tidak pernah bertemu.

                Dalam perjalanan pulang HP ku berbunyi.  Ternyata telpon dari mabk Winda yang sudah menungggu di depan rumahku.  Aku lupa kalau aku pesan daging sapi. Sesampainya di rumah aku melanjutkan zoom pelatihan yang sudah hampir usai padahal sekarang pertemuan terakhir. Aku  lihat anakku Naufal langsung masuk kamarnya dan tertidur pulas sekali. Tepat pukul 11.30 aku matikan laptop. Aku sudah ditunggu suamiku untuk pergi undangan resepsi pernikahan anak tetangga yang rumahnya beda satu gang sebelum gang rumahku. Pulang undangan aku lihat dr. Nila sudah pulang dan sedang  makan siang. Dalam hati  merasa  lega dan mengucap syukur Alhamdulillah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar