Resume ke : 11
Tanggal : 4 Agustus 2021
Tema : Menguak Dapur
Penerbit Mayor
Gelombang : 19
Narasumber : Edi S. Mulyanta
Moderator : Sri Sugiastuti
Penulis : Islamiyah
Menulis sebagai hobi. Menulis adalah suatu ketrampilan
yang bisa dipelajari. Itulah makanya ada pelatihan belajar menulis bersama
PGRI. Ini adalah gelombang ke 19 dan sudah sampai pertemuan ke 11.Menulis
naskah tentu saja muaranya untuk dicetak menjadi sebuah buku. Oleh karena itu sangatlah
erat hubungannya antara menulis dengan penerbit.Agar naskah tulisan bisa diterima
di sebuah penerbit besar atau penerbit mayor maka sebagai penulis harus tahu
seluk beluk tentang penerbit mayor.
Malam
ini moderator handal kita Ibu Sri
Sugiastuti yang biasa disebut Ibu Kanjeng mebuka acara pelatihan dengan mengajak
berdoa agar ilmu yang kit adapt bisa bermanfaat dan menginspirasi. Ibu Kanjeng
memperkenalkan Narasumber Bapak Edi S,
Mulyanta dengan membagikan biodata melalui link https://omjaylabs.wordpress.com/2020/04/22/biodata-edi-s-mulyanta/
. Narasumber akan membawakan tema “Menguak Dapur Penerbit Mayor”.
Bapak
Edi mengelola penerbitan sejak tahun 2001 berarti sekarang sudah genap 20 tahun
beliau berkecimpung dalam dunia produksi
buku. Sebelumnya beliau adalah penulis lepas.
Menulis buku selain merupakan kebanggaan dan hobi tetapi juga dapat
menghasilkan finansial. Untuk itu tidak usah khawatir kalau mau menjadi penulis.
Selain
penulis dan penerbit telah dilindungu undang-undang secara penuh sejak
terbitnya UU no 3 Tahun 2017 yag diikuti oleh Peraturan Pemerintah 2 tahun
kemudian yaitu PP No 75 tahun 2019. Dalam UU no3 dijelaskan dengan detail
bagaimana proses industri penerbitan dan unsur-unsur yang ada di dalamnya.
Diatur dengan detail dan kemudin disempurnakan dengan PP No 75 yang lebih
detail mengatur proses membuat naskah hingga menyebarluaskannya. Untuk itu agar
proses penerbitan buku menjadi lebih cepat, sebagai penulis sebaiknya
mempelajari dengan seksama peraturan pemerintah no 75 terbut.
Kenapa
lebih cepat, karena ada aturan-aturan yang detail bagaimana sisi penulis
mengajukan naskah hingga sisi penerbit dalam mengelola naskah menjadi buku. Malam
ini Bapak Edi akan membeberkan bagaimana
penerbit mayor dalam mengelola naskah untuk dapat disebarluaskan di
outlet-outlet yang menjadi sumber pendapatannya.
Pembagian
penerbit mayor dan minor sebenarnya tidak ada dalam Undang-undang perbukuan no
3 tersebut. Jadi ini hanya pembagian yang secara alamiah terjadi, dimana
penerbit mayor tentu mempunyai jumlah produksi yang lebih tinggi dibanding
dengan penerbit minor.
Oleh
Perpustakaan nasional, kemudian digolongkan kedalam penerbit yang berproduksi
ribuan dan ratusan yang terlihat dalam pembagian ISBN yang dikeluarkannya. Dikotomi
penerbit mayor dan minor, kemudian terjadi juga di sisi pemasaran bukunya,
dimana ada penerbit yang mampu menjangkau secara nasional dan ada yang regional
saja.
Hal
ini diperuncing lagi dengan pembagian yang dilakukan oleh lembaga pendidikan
tinggi di Indonesia atau Kemendikbud DIKTI, yang menjyaratkan terbitan buku
harus berskala nasional penyebarannya. Penerbit yang sudah terlanjur beroplah
besar tentu tidak ada masalah dengan hal ini, karena memang skala produksi dan
skala mesin produksinya memang sudah terlanjur besar, sehingga untuk memenuhi
pasar nasional tidak terlalu sulit.
Outlet
toko buku, merupakan sarana pemasaran yang cukup efektif, namun di Era pandemi
ini ternyata mengubah pola distribusi buku dengan cukup signifikan, dimana
saluran outlet yang dahulunya menjadi jalur utama, saat ini justru menjadi
korban dari keganasan virus Covid 19, karena ditutupnya jaringan-jaringan toko
buku atau dibatasinya aktivitas pusat perbelanjaan.
Di
sisi penerbit, sebagai dapur pengolahan naskah dari penulis, sebenarnya tidak
ada masalah yang cukup berarti dari sisi penerimaan naskah baru. Di era pandemi
ini, naskah masih saja mengalir dengan cukup baik. Mungkin karena banyak calon
penulis yang melakukan WFH sehingga banyak waktu untuk melakukan penulisan
naskah buku.
Tuntutan
untuk tetap produktif kepada para pengajar baik guru maupun dosen, menjadikan
laju naskah baru masih tetap terjaga dengan baik. Yang menjadi kendala adalah
justru dipengolahan naskah, mulai dari editorial, setting perwajahan dan kover
hingga produksi buku cetak.
Outlet
toku buku fisik banyak terkendala kebijakan pemerintah, sehingga secara
otomatis proses penerbitan buku menjadi melambat menyesuaikan dengan kondisi
output penjualan buku yang melambat.
Dengan
berlakunya PSBB di beberapa daerah, dengan otomatis Toko buku andalan penerbit
yaitu Gramedia memarkirkan bisnisnya di sisi pit stop dan terhenti sama sekali.
Dari omzet normal dan terhenti di pit stop menjadikan omzet terjun bebas hanya
berkisar 80-90% penurunannya. Outlet yang tertutup menjadikan beberapa penerbit
ikut terimbas, sehingga mereposisi bisnisnya kembali. Hal ini berdampak secara
langsung ke produksi buku hingga ke sisi penulis buku yang telah memasukkan
naskah ke penerbit menanti bersemi di Toko Buku.
Sebelum
hari raya 2021, perkembangan penjualan buku cukup baik, membuat banyak penerbit
menaruh harapan yang cukup tinggi pada saat itu. Setelah hari raya, ternyata
gelombang Covid mengembalikan penjualan buku ke titik terendah sejak 2020,
sehingga kami sebagai penerbit akhirnya harus mencoba outlet-outlet baru.
Berdasarkan
pengalaman yang telah dimiliki penerbit mayor, identifikasi tema buku menjadi sangat penting
saat keadaan chaos seperti ini. Penerbit sudah menantisipasi, beruntung tema-tema yang upto date mengenai virus
corona, telah disebar ke penulis-penulis sebelumnya, sehingga dengan cepat bisa
mendapatkan bahan-bahan buku-buku yang berkaitan dengan virus dengan cepat.
Kesiapan
penulis, dalam menuliskan materi dalam sebuah buku menjadikan tantangan
tersendiri, mengingat bahan-bahan sumber rujukan masih belum tersedia dengan
mudah. Penerbit mempunyai database
penulis yang cukup baik, sehingga dengan cepat dapat mengidentifikasi siapa
penulis yang berkompeten di bidang ini, Dan dengan cepat dapat meramu materi,
kemudian launch, dan beruntung
mendapatkan sambutan yang baik. Kesimpulannya adalah kesiapan penulis dalam
updating materi tulisannya adalah menjadi mutlak diperlukan untuk dapat
ditawarkan hasil tulisannya tersebut ke penerbit.
Saat
ini produksi buku fisik tidak dilakukan pencetakan secara massal, akan tetai
menyesuaikan dengan kondisi pasar yang fluktuatif. Hal ini tentunya memberikan
kesempatan yang lebih lebar kepada bapak-ibu calon penulis untuk mencoba
meamasukan era baru ini, dimana produksi buku akan mengikuti keinginan pasar
secara lebih spesifik.
Produksi
saat ini dicoba untuk dapat memenuhi
permintaan cetak dari 10 eksemplar hingga 300 eksemplar. Range produksi ini disesuaikan
dengan keadaan daya serap pasar yang cenderung mengikuti komunitas dari penulis
bukunya sendiri. Penjualan online cukup membantu untuk tetap menjaga cash flow
dan yang paling penting mencoba untuk memproduksi buku dalam bentuk digital
atau e-book supaya kesemptan untuk terbit menjadi lebih luas.
Untuk
penerbitan buku digital, penerbit bekerjasama dengan Google Books. Kita bisa mencoba lihat-lihat di buku digital.my.id
di situ open 20% materi bisa dibaca secara free. Apabila buku digital sudah
dibeli, tidak bisa di_sharing_ ke orang lain. File buku tersimpan di Server
Google, yang terbukti cukup aman dari
proses pengambilan dari orang yang tidak membeli bukunya.
ini contoh salah satu
karya dari Belajar menulis.
Salah
satu trik untuk mempercepat terbit adalah mengikuti arahan dari PP 75, yaitu
melakukan editing mandiri dari sisi penulis, sehingga akan sangat membantu
dalam proses editorial di sisi penerbit.
Sedangkan editorial di
sisi penerbit adalah
Buku pak Edi yang masih eksis sampai saat ini
Contoh buku narasumber
yang menyebutkan definisi sehingga masih tetap banyak dicari oleh penulis
sebagai rujukan.
Setelah selesai pemaparan materi narasumber memberikan reword
untuk salah seorang penanya pada sesi tanya jawab. Dan menutup pertemuan dengan
closing statemen “Penerbit buku, adalah hanya perantara saja. Semua tergantung
penulis, sehingga posisi penulis sangat vital sekali dalam menghasilkan sebuah
buku. Sehingga sebagai penulis pemulapun, kepercayaan diri harus mulai diasah,
dengan menghasilka karya terbaik”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar