Jumat, 20 Agustus 2021

Menguak Dapur Penerbit Mayor

 


Resume ke                  : 11

Tanggal                       : 4 Agustus 2021

Tema                           : Menguak Dapur Penerbit Mayor

Gelombang                  : 19

Narasumber                 : Edi S. Mulyanta

Moderator                   : Sri Sugiastuti

Penulis                         : Islamiyah

 

            Menulis sebagai hobi. Menulis adalah suatu ketrampilan yang bisa dipelajari. Itulah makanya ada pelatihan belajar menulis bersama PGRI. Ini adalah gelombang ke 19 dan sudah sampai pertemuan ke 11.Menulis naskah tentu saja muaranya untuk dicetak menjadi sebuah buku. Oleh karena itu sangatlah erat hubungannya antara menulis dengan penerbit.Agar naskah tulisan bisa diterima di sebuah penerbit besar atau penerbit mayor maka sebagai penulis harus tahu seluk beluk tentang penerbit mayor.

Malam ini moderator  handal kita Ibu Sri Sugiastuti yang biasa disebut Ibu Kanjeng mebuka acara pelatihan dengan mengajak berdoa agar ilmu yang kit adapt bisa bermanfaat dan menginspirasi. Ibu Kanjeng memperkenalkan Narasumber  Bapak Edi S, Mulyanta dengan membagikan biodata melalui link https://omjaylabs.wordpress.com/2020/04/22/biodata-edi-s-mulyanta/ . Narasumber akan membawakan tema “Menguak Dapur Penerbit Mayor”.

Bapak Edi mengelola penerbitan sejak tahun 2001 berarti sekarang sudah genap 20 tahun beliau berkecimpung dalam  dunia produksi buku.  Sebelumnya beliau adalah penulis lepas. Menulis buku selain merupakan kebanggaan dan hobi tetapi juga dapat menghasilkan finansial. Untuk itu tidak usah khawatir kalau mau menjadi penulis. 

Selain penulis dan penerbit telah dilindungu undang-undang secara penuh sejak terbitnya UU no 3 Tahun 2017 yag diikuti oleh Peraturan Pemerintah 2 tahun kemudian yaitu PP No 75 tahun 2019. Dalam UU no3 dijelaskan dengan detail bagaimana proses industri penerbitan dan unsur-unsur yang ada di dalamnya. Diatur dengan detail dan kemudin disempurnakan dengan PP No 75 yang lebih detail mengatur proses membuat naskah hingga menyebarluaskannya. Untuk itu agar proses penerbitan buku menjadi lebih cepat, sebagai penulis sebaiknya mempelajari dengan seksama peraturan pemerintah no 75 terbut.

Kenapa lebih cepat, karena ada aturan-aturan yang detail bagaimana sisi penulis mengajukan naskah hingga sisi penerbit dalam mengelola naskah menjadi buku. Malam ini Bapak Edi akan membeberkan  bagaimana penerbit mayor dalam mengelola naskah untuk dapat disebarluaskan di outlet-outlet yang menjadi sumber pendapatannya.

Pembagian penerbit mayor dan minor sebenarnya tidak ada dalam Undang-undang perbukuan no 3 tersebut. Jadi ini hanya pembagian yang secara alamiah terjadi, dimana penerbit mayor tentu mempunyai jumlah produksi yang lebih tinggi dibanding dengan penerbit minor.

Oleh Perpustakaan nasional, kemudian digolongkan kedalam penerbit yang berproduksi ribuan dan ratusan yang terlihat dalam pembagian ISBN yang dikeluarkannya. Dikotomi penerbit mayor dan minor, kemudian terjadi juga di sisi pemasaran bukunya, dimana ada penerbit yang mampu menjangkau secara nasional dan ada yang regional saja.

Hal ini diperuncing lagi dengan pembagian yang dilakukan oleh lembaga pendidikan tinggi di Indonesia atau Kemendikbud DIKTI, yang menjyaratkan terbitan buku harus berskala nasional penyebarannya. Penerbit yang sudah terlanjur beroplah besar tentu tidak ada masalah dengan hal ini, karena memang skala produksi dan skala mesin produksinya memang sudah terlanjur besar, sehingga untuk memenuhi pasar nasional tidak terlalu sulit.

Outlet toko buku, merupakan sarana pemasaran yang cukup efektif, namun di Era pandemi ini ternyata mengubah pola distribusi buku dengan cukup signifikan, dimana saluran outlet yang dahulunya menjadi jalur utama, saat ini justru menjadi korban dari keganasan virus Covid 19, karena ditutupnya jaringan-jaringan toko buku atau dibatasinya aktivitas pusat perbelanjaan.

Di sisi penerbit, sebagai dapur pengolahan naskah dari penulis, sebenarnya tidak ada masalah yang cukup berarti dari sisi penerimaan naskah baru. Di era pandemi ini, naskah masih saja mengalir dengan cukup baik. Mungkin karena banyak calon penulis yang melakukan WFH sehingga banyak waktu untuk melakukan penulisan naskah buku.

Tuntutan untuk tetap produktif kepada para pengajar baik guru maupun dosen, menjadikan laju naskah baru masih tetap terjaga dengan baik. Yang menjadi kendala adalah justru dipengolahan naskah, mulai dari editorial, setting perwajahan dan kover hingga produksi buku cetak.

Outlet toku buku fisik banyak terkendala kebijakan pemerintah, sehingga secara otomatis proses penerbitan buku menjadi melambat menyesuaikan dengan kondisi output penjualan buku yang melambat.

Dengan berlakunya PSBB di beberapa daerah, dengan otomatis Toko buku andalan penerbit yaitu Gramedia memarkirkan bisnisnya di sisi pit stop dan terhenti sama sekali. Dari omzet normal dan terhenti di pit stop menjadikan omzet terjun bebas hanya berkisar 80-90% penurunannya. Outlet yang tertutup menjadikan beberapa penerbit ikut terimbas, sehingga mereposisi bisnisnya kembali. Hal ini berdampak secara langsung ke produksi buku hingga ke sisi penulis buku yang telah memasukkan naskah ke penerbit menanti bersemi di Toko Buku.

Sebelum hari raya 2021, perkembangan penjualan buku cukup baik, membuat banyak penerbit menaruh harapan yang cukup tinggi pada saat itu. Setelah hari raya, ternyata gelombang Covid mengembalikan penjualan buku ke titik terendah sejak 2020, sehingga kami sebagai penerbit akhirnya harus mencoba outlet-outlet baru.

Berdasarkan pengalaman yang telah dimiliki penerbit mayor,  identifikasi tema buku menjadi sangat penting saat keadaan chaos seperti ini. Penerbit sudah menantisipasi, beruntung  tema-tema yang upto date mengenai virus corona, telah disebar ke penulis-penulis sebelumnya, sehingga dengan cepat bisa mendapatkan bahan-bahan buku-buku yang berkaitan dengan virus dengan cepat.

Kesiapan penulis, dalam menuliskan materi dalam sebuah buku menjadikan tantangan tersendiri, mengingat bahan-bahan sumber rujukan masih belum tersedia dengan mudah. Penerbit  mempunyai database penulis yang cukup baik, sehingga dengan cepat dapat mengidentifikasi siapa penulis yang berkompeten di bidang ini, Dan dengan cepat dapat meramu materi, kemudian  launch, dan beruntung mendapatkan sambutan yang baik. Kesimpulannya adalah kesiapan penulis dalam updating materi tulisannya adalah menjadi mutlak diperlukan untuk dapat ditawarkan hasil tulisannya tersebut ke penerbit.

Saat ini produksi buku fisik tidak dilakukan pencetakan secara massal, akan tetai menyesuaikan dengan kondisi pasar yang fluktuatif. Hal ini tentunya memberikan kesempatan yang lebih lebar kepada bapak-ibu calon penulis untuk mencoba meamasukan era baru ini, dimana produksi buku akan mengikuti keinginan pasar secara lebih spesifik.

Produksi saat ini  dicoba untuk dapat memenuhi permintaan cetak dari 10 eksemplar hingga 300 eksemplar. Range produksi ini disesuaikan dengan keadaan daya serap pasar yang cenderung mengikuti komunitas dari penulis bukunya sendiri. Penjualan online cukup membantu untuk tetap menjaga cash flow dan yang paling penting mencoba untuk memproduksi buku dalam bentuk digital atau e-book supaya kesemptan untuk terbit menjadi lebih luas.

Untuk penerbitan buku digital, penerbit bekerjasama dengan Google Books. Kita bisa  mencoba lihat-lihat di buku digital.my.id di situ open 20% materi bisa dibaca secara free. Apabila buku digital sudah dibeli, tidak bisa di_sharing_ ke orang lain. File buku tersimpan di Server Google, yang  terbukti cukup aman dari proses pengambilan dari orang yang tidak membeli bukunya.

 

ini contoh salah satu karya dari Belajar menulis.

Salah satu trik untuk mempercepat terbit adalah mengikuti arahan dari PP 75, yaitu melakukan editing mandiri dari sisi penulis, sehingga akan sangat membantu dalam proses editorial di sisi penerbit.


Sedangkan editorial di sisi penerbit adalah







Buku  pak Edi yang masih eksis sampai saat ini



Contoh buku narasumber yang menyebutkan definisi sehingga masih tetap banyak dicari oleh penulis sebagai rujukan.

            Setelah selesai  pemaparan materi narasumber memberikan reword untuk salah seorang penanya pada sesi tanya jawab. Dan menutup pertemuan dengan closing statemen “Penerbit buku, adalah hanya perantara saja. Semua tergantung penulis, sehingga posisi penulis sangat vital sekali dalam menghasilkan sebuah buku. Sehingga sebagai penulis pemulapun, kepercayaan diri harus mulai diasah, dengan menghasilka  karya terbaik”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar